top of page

Bertemu Yesus dalam Mission Trip Labuan Bajo

“Temukan Yesus dalam kesederhanaan dan keterbatasan.”

Itulah sambutan dari Pater Fabi saat aku bersama teman-teman dari komunitas Domus Cordis dan Catholic Fellowship Jakarta (CFJ) tiba di Family Centre SVD.  Kata-kata Beliau menjadi permenungan bagiku selama di sana. Memang salah satu alasan aku mengikuti mission trip ke Labuan Bajo ini adalah karena kebutuhanku untuk keluar dari kungkungan obsesi dengan pergumulanku, serta kerinduan untuk berbagai sukacita Kristus. Tanggal 9 s.d. 13 April 2024, aku memberikan diri untuk bermisi di Stasi Roe, Paroki Compang dan Reok.


Pertemuan dengan Yesus

Yesus mengingatkan bahwa Ia, yang memilih lahir dan dibaringkan dalam palungan, ditemukan di tempat-tempat yang terabaikan. Yesus ditemukan saat aku menanggalkan kenyamanan-kenyamanan kecil yang tanpa kusadari sudah menjadi kelekatan. Yesus ditemukan dalam iman sederhana, sukacita tawa, nyanyian, dan tari-tarian anak-anak.


Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.(Matius 19: 14 TB).

Yesus ditemukan dalam sambutan yang begitu hangat dan ramah oleh warga, dari para tetua hingga anak-anak. Warga juga menyediakan lauk ayam, yang ternyata adalah lauk langka bagi mereka. Mereka memberi dengan tulus dari keterbatasan yang ada, bukanlah dari kelimpahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya. (Lukas 12: 44 TB).


Di sini, aku juga melihat bagaimana Yesus ditemukan saat kami mempersembahkan dosa dan kerapuhan yang kami miliki kepada-Nya. Setelah sesi materi tentang pertobatan, anak-anak diajak untuk merenungkan dan menuliskan dosa-dosa mereka di secarik kertas. Kumpulan kertas ini dibakar saat misa. Momen ini begitu indah, karena mengingatkan kami akan kerahiman Allah yang mau mengampuni anak-anakNya oleh karena cinta-Nya.


Yesus juga ditemukan dalam keindahan ciptaan. Di Reok, langit begitu jernih dan penuh dengan bintang. Aku bersyukur karena pengalaman-pengalaman seperti ini mengingatkanku akan keagungan Allah. Sesungguhnya, aku kecil di hadapanNya dan hanya dapat berbuah jika aku tinggal dalam Dia.


Pada akhirnya, Kristus yang mendobrak setiap hati dan menemukan kami semua. Ternyata, obat untuk kesedihan dan kesibukan pikiran dengan pergumulan adalah menilik kebutuhan sesama. Mulai berbagi dari hal kecil dengan kasih yang besar. Stasi Roe, Compang, dan Reok membutuhkan kasih Kristus. Begitu pula keluarga, teman-teman, rekan kerja, dan setiap orang yang kita jumpai sehari-hari. Di saat kita memberikan diri untuk mengasihi Allah dan sesama, kita disebut berbahagia. Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku (Matius 25: 40).


Penulis: Nadia - Catholic Fellowship Jakarta (CFJ)

Editor: Maria Anastasia - DC Jakarta (Salve Regina)

Fotografer: Cordisians



 

15 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page