Kesadaran diri sendiri adalah satu hal yang saya dapatkan dari retret bersama komunitas Domus Cordis (DC). Selama ini, saya selalu menuntut dan ingin agar Orang Muda Katolik (OMK) bisa seperti ini dan itu. Saya ingin agar mereka mau terlibat dan aktif dalam berbagai kegiatan menggereja. Sayangnya, saya kurang menyadari bahwa diri saya sendiri perlu dipenuhi dengan kasihnya agar bisa berbagi pada teman-teman OMK. Karakter diri perlu dibentuk agar dalam semangat melayani, saya tidak mudah merasa sia-sia apabila yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan. Mengolah diri sendiri untuk menghadapi teman-teman OMK yang berbeda karakter, memang kadang membuat saya tidak nyaman. Tapi, saya sadar bahwa mereka butuh dirangkul dan juga didengarkan.
Materi dari DC begitu mengena di hati dan pikiran saya, terutama mengenai "3 Karakter yang Pendamping Miliki: Kasih, Iman dan Harapan." Menurut saya, tiga karakter pendamping ini adalah pesan untuk diri saya sendiri khususnya dalam mendampingi orang muda atau terlibat dalam kegiatan orang muda. 3 karakter ini yang harus saya pegang agar bisa mengatasi diri sendiri khususnya jika berada di fase tidak nyaman bersama teman muda lainnya.
Saat retret, saya sungguh mengalami kehadiran Yesus. Sebenarnya saya merasa tidak mampu menjawab undangan dan perutusan dari paroki. Saya menolak dan mengundurkan diri karena masih ada OMK lain yang lebih layak dibandingkan diri saya. Tapi Romo Paroki tetap mengutus saya dan teman-teman juga memberikan dukungan. Saya menyadari banyak kesalahan yang dilakukan. Saya tidak pantas melayani Tuhan. 🥺 Tapi saya sadar bahwa hati ini tergerak untuk melayani.
Pada akhirnya dalam doa di hari kedua, saya merasakan kasih Tuhan yang luar biasa. Tuhan sungguh mengampuni. Tuhan memeluk dan menerima saya. Saya memang memiliki keluarga yang lengkap, teman yang banyak, tapi saya tidak memiliki sosok yang siap mendengar pergumulan saya, yang selalu setia mendengar masalah yang ada. Saya sadar selama ini hanya bisa bercerita sama Tuhan. Di hari itu, Tuhan yakinkan saya lagi, bahwa dalam kondisi dan situasi apapun, Tuhan nggak pernah pergi. Tuhan selalu ada di setiap teriakan minta tolong, terutama saat saya tak mampu menyimpan semuanya sendiri. Tuhan Yesus memeluk saya dan berkata, "AKU MENGAMPUNI KAMU."
Hal yang luar biasa lagi yang saya rasakan setelah doa dan mendengarkan Tuhan adalah kebahagiaan. Saya nggak tau mengapa sebahagia ini? Saya menyadari kebahagian yang dirasakan adalah suatu pemulihan dari Tuhan. Saya sadar bahwa selama ini, saya belum memberi waktu bagi Tuhan berbicara banyak. Terima kasih Tuhan untuk semua kebaikanMu.
Testimoni dari Heni - Paroki Manilau, Keuskupan Tanjung Selor
Editor: Tasia dari Salve Regina - Angkatan DC Jakarta
コメント