"Saya merokok pertama kali di usia 16 tahun. Sebenarnya nggak ingin melakukannya, tetapi beberapa teman terdekat saya merokok. Akhirnya, saya memutuskan untuk ikutan supaya nggak terkucilkan dari teman-teman. Awalnya, saya nggak menikmati. Tapi, lama-kelamaan jadi sulit berhenti," cerita Mike yang berusia 16 tahun.
Ada lagi satu cerita di awal tahun 2024 tentang perilaku perundungan di sebuah sekolah internasional di Tangerang. Belasan anak senior memukuli seorang anak hingga masuk rumah sakit. Tidak hanya dipukul, yang bersangkutan juga disundut rokok. Contoh kejadian-kejadian tersebut adalah warning bagi kita semua, mengingat mereka adalah orang muda yang menjadi masa kini dan masa depan negeri ini.
Memang tidak dapat dipungkiri, kondisi lingkungan sangat berpengaruh pada karakter atau perilaku seseorang. Jim Rohn, seorang pengusaha, penulis, dan pembicara motivasi asal Amerika berkata, “Kamu adalah rata-rata dari lima orang yang paling banyak kamu habiskan waktu bersamanya.” Ini berarti lingkaran dekat teman-teman kita dapat dilihat sebagai bagian dari diri kita sendiri. Itulah sebabnya kita sering merasa kesulitan untuk berbeda pendapat dengan orang-orang di sekeliling kita. Begitulah yang terjadi pada kita dan orang-orang muda lainnya. Kondisi ini disebut dengan peer pressure.
Sebenarnya, peer pressure ini bisa berdampak positif, tetapi tidak menutup kemungkinan hal negatif lebih mudah terjadi. Lalu, bagaimana caranya supaya kita tidak terjebak di peer pressure yang negatif?
Kenali nilai-nilai yang berharga bagi kita.
Dalam hal ini seperti iman Katolik, menghidupi dan meyakini firman, sehingga kita dapat tetap teguh menghadapi tekanan dari sekitar. Kamu bisa baca ayat-ayat Alkitab yang membahas tentang kebijaksanaan, persahabatan, dan pentingnya komunitas. (Mazmur 27:17).
Pilih teman dengan bijak.
Kelilingi dirimu dengan teman-teman yang mendukung tujuan dan nilai-nilai kita. Persahabatan yang positif dapat kita untuk membuat pilihan yang lebih baik.
Jadilah teladan.
Berikan contoh bagi orang lain dengan membuat pilihan yang positif. Mendukung teman untuk melawan tekanan teman sebaya yang negatif dapat menciptakan lingkungan yang mendukung.
Cari dukungan.
Bicara dengan orang dewasa yang dapat dipercaya, seperti orang tua, guru, atau kakak pendamping, saat menghadapi tekanan dari teman sebaya. Mereka dapat memberikan panduan dan perspektif.
Terlibat dalam kegiatan positif.
Ikut berbagai kegiatan seperti olahraga, pembinaan iman, doa lingkungan atau pun ajak teman-teman ikut kegiatan komunitas. Misalnya InspireX Teens yang hadir setiap hari Minggu ketiga di Domus Cordis Center.
Kondisi tekanan dari teman sebaya adalah bagian dari proses tumbuh dewasa, tetapi dengan iman yang teguh, dukungan dari keluarga maupun teman-teman sekeliling, maka kita pasti dapat menghadapi berbagai tantangan.
Ingatlah:
“Seorang teman yang setia adalah pertahanan yang kuat; karena ketika segala sesuatunya berjalan baik untukmu, dia adalah penasihat yang baik dan kolaborator yang simpatik, sementara ketika segala sesuatunya berjalan buruk, dia adalah penolong yang paling tulus dan pendukung yang paling penuh kasih.” St. Maximus
Penulis: Tasia
Referensi: Dari berbagai sumber
Comments