top of page

Bagaimana Cara Orang Tua Berkomunikasi dengan Remaja

Tuhan Yesus Baik...

Sungguh amat Baik...

Untuk selama-lamanya, Tuhan Yesus baik...

Sampai selama-lamanya, Tuhan Yesus baik...



Sekitar 40 orang tua dari adik-adik Teen Cordisian bersama-sama menyanyikan lagu di atas dipimpin Kak Ledis sebagai awal dari rekoleksi yang diadakan via zoom (online) pada Sabtu, 18 Des 2021. Antusias mereka terlihat dari ungkapan syukur yang diketik di kolom chat.

Rekoleksi ini dibawakan oleh Kak Ganis mengenai “Bagaimana cara komunikasi dengan Remaja dan apa yang sebenarnya Remaja butuhkan?” Kak Ganis memulai dengan membaca Amsal 22:6, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”. Ayat ini mengingatkan kembali para orang tua untuk tetap dapat menyiapkan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Para orang tua juga diajak untuk menepuk dada sebagai rasa syukur dan apresiasi dapat bertahan menjaga anak-anak hingga hari ini.


Beberapa orang tua mengungkapkan harapan mereka agar anak-anak dapat menjadi pribadi yg dewasa, takut akan Tuhan, mendapat jodoh seiman, serta dapat menjadi diri sendiri. Memang banyak tantangan khusus yang dihadapi di masa pandemi ini antara lain kurangnya teman, kelekatan pada gadget, jarang ngobrol dengan orang tua, bahkan sering berbeda pendapat yang menyebabkan pertengkaran.


Kak Ganis merincikan kepada para orangtua apa sebenarnya yg Remaja butuhkan :

1. Remaja butuh Identitas (Who Am I ?)

Remaja berproses untuk mencari jati diri. Siapa diri mereka sebenarnya. Apa yang dicari dan apa yang menjadi tujuan hidup mereka.

2. Otak dalam masa perkembangan

Remaja seringkali mengutarakan pendapat menggunakan emosi. Ini terjadi dikarenakan otak masih dalam proses perkembangan. Menurut pemaparan kak Ganis, mulai usia 25 tahun remaja akan dapat mengutarakan pendapat secara nalar karena otak mulai sempurna.


Mendidik remaja memang tidak ada rumus pasti. Selalu ada hal baru yang perlu dicoba dari setiap dinamika remaja dengan orang tua. Jadi perbanyak koneksi dengan anak, misal dengan sering ngobrol sehingga semakin mengenali karakter anak, hadir di setiap kebutuhan anak dan lebih sering mendengarkan mereka. Jika memang sudah merasa lelah, segeralah mencari pertolongan misalnya ke paroki. Setiap paroki biasanya mempunyai Komisi Kerasulan Keluarga yang bisa membantu memberikan saran atas permasalahan dalam keluarga.

Selanjutnya dalam suasana merenung, Kak Renaldo memberikan pertanyaan refleksi: “Apa yang mau kita lakukan sebagai orang tua kepada anak?” Disini para orang tua diajak merenung dari bacaan harian Matius 1 : 18 - 24, mengenai Kelahiran Tuhan Yesus. Belajar dari Yosef yang awalnya ragu mengambil Maria sebagai istri. Namun akhirnya ia mau menikah dengan Maria dan merawat Yesus.

Di akhir sesi Kak Renaldo mengajak merenungkan refleksi tersebut sambil memandang Sakramen Maha Kudus.


Penulis: Theresia - DC Jakarta (Via Divina)

Editor: Tasia - DC Jakarta (Salve Regina)



Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page