top of page

HOPEFest 2021 | Panggilan (Sayang)Ku Untukmu

HOPEFest KAJ 2021 adalah acara yang ditujukan bagi orang muda Katolik yang diselenggarakan oleh PEMIKAT (Pertemuan Mitra Kategorial) KAJ, Komisi Kepemudaan KAJ bersama Domus Cordis, didukung oleh: Pusat Pastoral Samadi, Hidup TV, Komsos KAJ, dan SOLIKAT (Sobat Tuli Katolik) serta disponsori oleh: Colab Pharma. HOPEFest dibuat dalam bentuk journey dalam upaya menciptakan harapan bagi diri, lingkungan sekitar dan masyarakat, yang rencananya akan ada 9 journey.


HOPEFest Journey pertama diadakan pada hari Sabtu, 12 Juni 2021 yang lalu dengan tema: “Harapan Baru, Semangat Baru”. Dan, HOPEFest tanggal 26 Juni 2021 ini adalah HOPEFest Journey ke-2 yang mengambil tema: “Panggilan (Sayang)Ku untukmu”. Pembicara kali ini adalah Romo Josep Susanto, Pr. (pengajar di STF Driyarkara dan KPKS) dan Albertus Gregory Tan (Pendiri dan Pembina Yayasan Vinea Dei). Tagline talkshow kali ini adalah: “Berangkat dari Asa, Siap Berkarya”.


Acara dibuka oleh Ledis dari Domus Cordis sebagai host, yang kemudian dilanjutkan dengan puji-pujian dari tim Domus Cordis. Untuk membantu teman-teman yang tuna rungu, untuk acara ini ada Kak Ike dari SOLIKAT yang membantu memberikan Gerakan bahasa isyarat sehingga teman-teman tuna rungu dapat mengikuti acara HOPEFest ini.


Ledis mengawali talk show kali ini dengan sebuah pertanyaan, “Bagaimana kita tahu itu panggilan Tuhan?” Dan jawaban Ledis sangat menginspirasi: “Kita sebenarnya punya radar dari Tuhan dan sekarang kita mau aktivasi. Yang penting bagaimana kita menghidupi panggilan kita dalam suka dan duka.”


Acara kemudian dilanjutkan dengan perkenalan 2 narasumber kali ini. Albertus Gregory Tan yang biasa dipanggil Greg adalah pendiri Yayasan Vinea Dei yang mengadakan kegiatan Jala Kasih, yaitu penggalangan dana untuk membangun gereja-gereja di daerah terpencil di Indonesia. Panggilan Kak Greg dimulai saat ia masih kuliah semester 5 di Universitas Indonesia, Depok. Ia pergi ke Sumatera, ke sebuah stasi, gereja kecil yang sangat mengenaskan. Hatinya menangis melihatnya. Tiba-tiba muncul dorongan kuat untuk berbuat sesuatu. Ia pun berdoa dan bertanya kepada Tuhan: “Tuhan, mau saya berbuat apa?


Setelah itu, ia iseng posting foto-foto perjalanannya di media sosial miliknya. Tanpa disangka ada orang-orang yang menanggapi dan mau membantu, lalu ia mulai menggalang dana untuk pembangunan gereja lewat media sosial. Tapi ada juga orang yang tidak percaya. Mencari dana lewat media sosial saat itu tidak wajar, sehingga awalnya nggak berhasil. Tapi kemudian ada 1 orang dari luar negeri mengirimkan 1 dollar yang waktu itu kursnya Rp. 9.000,-. Lalu sejak itu ia mulai rajin nge-post dan masih berjalan sampai sekarang.



Pembicara ke-2 adalah Romo Josep Susanto, Pr., yang biasa dipanggil Mojo. Di awal panggilan, beliau adalah nobody, anak yang bodoh dalam prestasi akademis. Tetapi di tahun 1989, saat kelas 3 SMP St Maria Fatima Jatinegara, ada yang berbeda saat misa penyembahan. Mojo merasakan ada kekuatan baru di dalam dirinya yang mendorongnya untuk masuk seminari.


Saat masuk seminari, 3 bulan pertama, Mojo masuk RS Carolus dengan penyakit yang "tidak jelas". Setelah sembuh di tahun 1994, saat mengalami kesusahan, Romo masuk ke sebuah kapel, berbicara dengan Tuhan, curhat ke Tuhan, mendekatkan diri ke Tuhan, menangis dan mengakrabkan diri ke Tuhan. Saat percaya, secara bertahap Tuhan menggandakan kemampuan yang dimiliki oleh Romo Josep. Memang tidak mudah di awal mendengarkan suara Tuhan, prosesnya panjang. Tapi segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin di Tangan Tuhan. Kita hanya harus peka terhadap suara Tuhan. Salah satu cara untuk peka terhadap suara Tuhan adalah kita harus perhatikan dengan siapa kita bergaul. Bergaul lah dengan orang-orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan. Kehidupan rohani pun harus dilatih dan ditata.


Romo Josep mengatakan bahwa lewat Media sosial kita bisa menabur kasih Tuhan. Romo Josep juga memberikan tips, yaitu: kita harus tahu apa PR Tuhan bagi kita dengan cara bertanya kepada Tuhan, dan kemudian kita juga harus konsisten terhadap jawaban kita.


Sedangkan Greg mengatakan bahwa kita harus berani keluar dari zona nyaman kita. Kita tidak boleh menolak panggilan Tuhan, dan kita tidak bisa lari dari panggilan Tuhan. Suatu karya yang besar dimulai dari karya yang kecil, dan untuk itu kita perlu konsisten dan setia terhadap jawaban kita pada panggilan Tuhan.


Di saat sulit kita perlu mempunyai iman yang kuat. Cara-cara untuk mendapatkan iman yang kuat: nikmatilah proses, walaupun jatuh, mengurangi keluh kesah di media social, berkeluh kesahlah kepada Tuhan, menjadikan Tuhan sebagai kekuatan. Buatlah pojok rohani/doa di kamar masing-masing, untuk jadi oase kita di masa sulit ini. Setiap dari kita dianugerahi kemampuan yang perlu kita temukan dan kita kembangkan. Yang terakhir, selalu berusaha agar tingkah laku kita memancarkan kasih Tuhan.


TalkShow kemudian dilanjutkan dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Josep Susanto, Pr. Jadi, teman-teman orang muda Katolik marilah kita mulai mendekatkan diri kepada Tuhan, mempunyai panggilan sayang sehingga kita dapat mengetahui apa panggilan Tuhan bagi hidup kita, dan kemudian melakukan panggilan itu dengan setia.


Untuk cerita lengkapnya bisa teman-teman tonton di link berikut ini:


Ini baru journey kedua. Ikuti terus journey lengkapnya HOPEFest 2021 melalui IG @HOPEFest.id.


Penulis : Agnes Natalia - DC Jakarta (Caritas)

Editor: Anastasia Avi - DC Jakarta (Donkey)

16 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page