top of page

Mercy Speaks

Kita sebagai anggota Gereja adalah objek sekaligus agen belas kasih Tuhan. Tuhan memulai semuanya dengan memberikan belas kasih-Nya kepada Gereja melalui pengorbanan-Nya di kayu salib dan sudah sepantasnya kita sebagai penerima belas kasih itu juga membaginya kepada orang lain. Itulah mengapa setiap karya belas kasih kita kepada orang lain, baik corporal maupun spiritual yang sudah pernah kita bahas dalam Inspire lalu, memiliki makna evangelisasi, yaitu pewartaan Kabar Gembira.


Banyak sekali contoh pewartaan Kabar Gembira yang bisa kita jumpai di sekitar kita. Dalam Gereja Katolik, kita juga punya banyak role model Santo-Santa yang melakukannya. Ada Santo Yohanes Paulus II yang mengampuni orang yang menembaknya. Ada pula Santa Teresa dari Kalkuta yang melakukan karya belas kasih corporal kepada orang-orang yang ditelantarkan dan tidak dianggap manusia lagi. Pertanyaannya, apakah kita sendiri mau mewartakan Kabar Gembira bersama-sama dengan Gereja?


Dalam Inspire kali ini, Kak Yurika membahas tentang jemaat di Laodikia yang terdapat dalam kitab Wahyu. Jemaat Laodikia adalah jemaat yang tinggal di kota yang besar dan maju. Mereka merasa berkecukupan, baik secara fisik maupun secara rohani. Hal ini menyebabkan mereka menjadi suam-suam kuku kepada Tuhan; beriman secara setengah-setengah. Tuhan menegur mereka dengan keras agar mereka bertobat dan kembali “panas” dengan tiga hal, yaitu dengan emas yang dimurnikan dalam api agar mereka kaya, dengan pakaian putih agar mereka tidak telanjang, dan dengan minyak untuk melumas mata mereka agar mereka dapat melihat.


Jemaat di Laodikia diajak untuk kembali hanya mengandalkan Tuhan, bukan kecukupan mereka sendiri. Mereka diajak untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan. Mereka juga diajak untuk kembali membuka mata mereka, mencelikkan mata mereka dari kegelapan. Mereka diajak untuk melihat bahwa Tuhan sedang berdiri di muka pintu dan mengetuk pintu karena ingin makan bersama mereka, kembali menjalin relasi yang intim dengan mereka. Tuhan tidak ingin mereka suam-suam kuku lagi.



Sama seperti jemaat di Laodikia, Tuhan juga selalu mengetuk pintu hati kita. Tuhan ingin masuk dan menjalin relasi yang intim dengan kita. Demikian pula, Tuhan juga ingin masuk ke dalam hati orang-orang di sekitar kita. Oleh sebab itu, bersama-sama dengan Gereja, kita diajak untuk mengetuk pintu hati sesama dan mewartakan belas kasih Tuhan agar Tuhan sendiri bisa masuk ke hati mereka.


Inspire kali ini juga ditutup dengan sharing dari kak Topsky mengenai kerahiman Allah yang justru ia rasakan ketika sedang sakit. Ia mendapatkan banyak sekali karya belas kasih dari lingkungan sekitarnya, termasuk dari komunitas Domus Cordis sendiri. Tentunya hal ini menjadi “tangan Tuhan” yang mengetuk pintu hati kak Topsky untuk dapat masuk dan makan bersama dengannya.


Kutipan dari Santa Teresa dari Avila mengatakan bahwa “Kristus tidak punya tubuh saat ini, selain tubuhmu. Tidak punya tangan, tidak punya kaki di bumi ini, selain tangan dan kakimu. Melalui matamu, Ia memandang dunia ini dengan belas kasih. Melalui kakimu, Ia berjalan untuk melakukan kebaikan. Melalui tanganmu, Ia memberkati dunia ini. Tanganmu adalah tangan-Nya, kakimu adalah kaki-Nya, matamu adalah mata-Nya, tubuhmu adalah tubuh-Nya. Kristus tidak punya tubuh di dunia ini, selain tubuhmu.” Mari kita selalu mengingat bahwa melalui ketukan kitalah Tuhan mengetuk pintu hati orang lain di sekitar kita.


So…, mari kita menjadi perpanjangan tangan Tuhan dan menjadi berkat bagi orang-orang disekitar kita. Lengkapnya bisa ditonton di link berikut ini:



Penulis: Aufa - DC Jakarta (Caritas)

Editor: Ermelinda - DC Jakarta (Gioia)


26 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page