Nggak Siap Tapi Dipercaya: Belajar dari Yosef dan Maria
- Domus Cordis
- 8 Okt
- 3 menit membaca
Ketika Rasa “Nggak Siap” Itu Datang

Waktu itu aku duduk di pojokan kapel kecil, baru selesai ngobrol sama salah satu orang muda yang lagi bingung soal panggilannya. Dia bilang, “Kak, aku takut salah langkah. Takut nggak bisa jadi orang yang Tuhan mau.”
Aku cuma tersenyum — bukan karena tahu jawabannya, tapi karena kalimat itu pernah banget aku rasain juga. Dan entah kenapa, sore itu aku langsung teringat pada Maria dan Yosef. Dua orang biasa, muda, dan sama sekali nggak siap menghadapi sesuatu yang sebesar itu: menjadi orang tua bagi Sang Mesias.
Maria: Menerima yang Tak Direncanakan
Bayangin Maria muda — mungkin seusia orang muda Katolik kita. Hidupnya sederhana, punya rencana, punya harapan. Sampai suatu hari, malaikat datang dan semua berubah.
Nggak ada waktu untuk mikir panjang. Nggak ada “panduan langkah-langkah menjadi ibu dari Anak Allah.”

Tapi Maria tetap berkata:
“Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.”
Bukan karena dia paham segalanya, tapi karena dia percaya. Keberanian Maria bukan dalam “tahu apa yang akan terjadi”, tapi dalam percaya meski tak tahu segalanya.
Kadang, mendampingi orang muda juga kayak gitu.
Kita nggak selalu punya jawaban, tapi kita bisa hadir dan bilang,
“Aku nggak tahu semuanya, tapi aku di sini — bersamamu.”
Yosef: Hadir Tanpa Banyak Bicara
Kalau Maria mengajarkan hati yang percaya, Yosef mengajarkan cinta yang diam-diam bekerja. Bayangin perasaannya waktu tahu Maria mengandung. Bingung, takut, bahkan mungkin sempat ragu. Tapi setelah malaikat berbicara, Yosef memilih percaya dan bertindak.

Nggak ada kata-kata panjang dari Yosef di Kitab Suci. Tapi tindakannya jelas: Ia melindungi, bekerja keras, setia pada tanggung jawabnya. Yosef adalah pendamping sejati — tidak menonjol, tapi selalu ada.
Kadang kita juga dipanggil jadi seperti Yosef. Tidak banyak bicara, tapi penuh kasih.
Karena dalam pendampingan, yang paling menyentuh bukan selalu nasihat, melainkan kehadiran yang setia.
Nazaret: Ruang Aman untuk Bertumbuh
Bayangin rumah kecil di Nazaret.
Nggak ada hal megah. Tapi di sanalah Yesus belajar berjalan, berbicara, bekerja, dan mengasihi. Di sanalah kasih Tuhan tumbuh dalam keseharian.

Keluarga Kudus bukan keluarga tanpa masalah. Tapi mereka menciptakan ruang aman di mana kasih bisa bertumbuh. Dan mungkin, itulah gambaran ideal bagi komunitas atau pendampingan orang muda. Bukan tempat sempurna, tapi tempat di mana setiap orang bisa bertumbuh — salah, belajar, dan tetap diterima.
Teladan dari Paus Fransiskus
Paus Fransiskus sering berbicara tentang Yosef dan Maria — dua sosok yang menjadi panutannya dalam hal keheningan dan keberanian hati. Di kamar tidurnya di Domus Sanctae Marthae, beliau menyimpan patung Santo Yosef yang sedang tidur. Setiap kali menghadapi persoalan besar, Paus menuliskannya di secarik kertas dan meletakkannya di bawah patung itu.
Lalu beliau berkata,
“Yosef tidur, tapi ia tetap menjaga Gereja.”
Bagi Paus Fransiskus, keheningan Yosef bukan tanda pasif, tapi tanda iman yang mempercayakan segalanya kepada Allah.

Dan setiap pagi, Paus Fransiskus juga punya kebiasaan sederhana: sebelum memulai hari, ia datang ke patung Maria “Salus Populi Romani” di Basilika Santa Maria Maggiore. Ia berdoa sejenak — bukan dengan kata-kata panjang, tapi dengan hati seorang anak yang menyerahkan segalanya pada ibunya.
Dari dua kebiasaan itu, kita belajar sesuatu yang sangat sederhana tapi kuat: pendamping sejati tahu kapan harus bekerja, dan kapan harus menyerahkan. Seperti Maria dan Yosef, mereka berjalan bukan dengan kepastian, tapi dengan kepercayaan.
Kita, Yosef dan Maria di Masa Kini
Tuhan masih mencari Yosef dan Maria baru. Bukan untuk membesarkan Yesus kecil, tapi untuk mendampingi Yesus yang hidup dalam diri orang-orang muda, teman, bahkan keluarga kita. Kadang bentuknya sederhana — menemani, mendengarkan, atau sekadar mendoakan diam-diam. Tapi justru dari hal-hal kecil itu, kasih Allah nyata di dunia.
✨ Langkah Kecil di minggu ini
Coba ambil waktu 10 menit dalam keheningan. Bayangkan Maria dan Yosef duduk di sampingmu, tersenyum lembut. Lalu tanyakan dalam hati:
“Tuhan, siapa yang Kau percayakan untuk aku temani dengan kasih?”
Tuliskan satu nama. Doakan dia minggu ini. Mungkin di situlah kamu sedang membangun Nazaret kecilmu sendiri. 💛




Komentar