top of page

Tanggung Jawab Atas Titipan Tuhan

Tidak terasa masa Prapaskah sudah datang kembali. Banyak dari kita yang pantang melakukan hal-hal yang kita sukai dan berpuasa. Akan tetapi, berapa banyak dari kita yang berpantang dan puasa dengan cara memberikan “lebih” kepada orang lain dan Tuhan? Seringkali, lebih mudah bagi kita untuk mengurangi hal-hal yang kita sukai dibandingkan memberikan lebih kepada Tuhan dan orang lain.


Topik mengenai pemberian yang “lebih” ini disinggung dalam Inspire bulan Maret ini dengan topik Stewardship. Masih sejalan dengan tema besar Domus Cordis di tahun 2023 ini, Vio mengajak kita untuk melihat kembali bagaimana kita mengelola segala macam titipan Tuhan kepada kita dengan abundance mindset, bahwa kita di-provide oleh Tuhan.


Kita dititipi banyak hal oleh Tuhan. Secara umum, titipan dari Tuhan ini berupa time, talent, dan treasure. Akan tetapi, bagi banyak dari kita, sulit untuk memberikan waktu, talenta, ataupun harta dalam melayani Tuhan dan sesama kita. Kita belum bisa memberi dengan murah hati dan penuh sukacita.


Vio mengajak kita untuk melihat beberapa hal yang diperlukan agar bisa memberi dengan penuh sukacita. Yang pertama adalah adanya empati, di mana kita mendahulukan kepentingan orang lain dibandingkan diri kita sendiri. Kemudian ada identitas, di mana self-image kita sebagai putra dan putri yang dikasihi Allah bisa membantu kita untuk dapat memberi dengan lebih sukacita. Selanjutnya ada pengalaman, di mana pengalaman berbagi yang memberikan rasa sukacita akan mendorong kita untuk memberi lebih banyak lagi. Yang terakhir dan yang dibahas secara lebih mendetail adalah mengenai mindset, yaitu abundance mindset.


Vio mengatakan bahwa kita seringkali sulit untuk berbagi karena kita memiliki scarcity mindset. Kita memandang bahwa kepunyaan kita tidak pernah cukup. Kita meragukan Tuhan dalam mencukupkan kita. Kita juga diajak untuk melihat mukjizat yang dilakukan oleh Yesus di dalam Alkitab, di mana Ia menggandakan roti dan ikan.


Di dalam Alkitab, kita tahu bahwa murid-murid Yesus diminta untuk mengumpulkan roti dan ikan yang ada. Yesus kemudian mengucap syukur dan memberkati roti-roti tersebut, lalu meminta para murid untuk membagikannya kepada orang-orang yang hadir di situ. Meskipun kita sudah hafal cerita itu, apakah kita pernah menyadari bahwa makanan yang ada tidak serta merta menjadi berlimpah setelah Yesus memberkatinya? Apa yang diterima oleh para murid adalah roti dan ikan dalam jumlah yang sedikit. Barangkali mereka juga bingung waktu itu, bagaimana cara membagikannya. Mungkin mereka memiliki ekspektasi bahwa ketika Yesus selesai memberkati, makanannya menjadi banyak. Akan tetapi, mukjizat penggandaan roti dan ikan itu baru terjadi ketika para murid sudah membagi-bagikan apa yang ada kepada orang banyak.


Vio mengajak kita untuk tidak takut dalam berbagi. Sama seperti para murid, kita tidak perlu menunggu kita punya banyak waktu, harta, atau talenta. Mukjizat penggandaan itu baru akan terlihat ketika kita sudah mulai bekerja dalam membagikannya. Providence Tuhan itu selalu ada, walaupun mungkin belum terlihat oleh mata kita.


Vio menutup Inspire kali ini dengan sebuah pertanyaan refleksi, apa yang hingga saat ini masih sulit untuk kita bagikan? Bagiku sendiri, jawabannya adalah waktu. Sulit bagiku untuk memberikan waktu dan usaha lebih dalam pelayanan bersama orang-orang yang aku rasa sulit untuk kuajak bekerja sama. Akan tetapi, mari kita sama-sama belajar percaya pada penyelenggaraan Tuhan.


Penulis: Maria Aufa

Editor: Avi




15 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page